Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan warisan bahari yang kaya. Salah satu bukti nyata dari kejayaan maritim Nusantara adalah kapal tradisional yang hingga kini masih dibuat di beberapa daerah di Sumatra. Pembuatan kapal tradisional ini bukan hanya sekadar proses teknis, tetapi juga mengandung unsur kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang proses pembuatan kapal tradisional serta lokasi-lokasi utama di Sumatra yang masih mempertahankan keahlian pembuatan kapal kayu.
Sejarah dan Keunikan Pembuatan Kapal Tradisional
Pembuatan kapal tradisional di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan maritim seperti Sriwijaya dan Majapahit. Kapal-kapal ini digunakan untuk perdagangan, transportasi, dan aktivitas perikanan. Keunikan utama dari pembuatan kapal tradisional terletak pada:
- Bahan utama kayu berkualitas tinggi, seperti kayu jati, meranti, atau ulin.
- Metode penyambungan tanpa paku, melainkan menggunakan pasak kayu dan teknik ikat.
- Desain yang disesuaikan dengan kebutuhan, seperti perahu dagang, perahu nelayan, hingga kapal perang tradisional.
- Pengaruh budaya lokal, seperti ukiran khas pada lambung kapal atau ornamen unik di bagian buritan.
Proses Pembuatan Kapal Tradisional
Pembuatan kapal tradisional di Sumatra masih dilakukan dengan teknik turun-temurun. Berikut adalah tahapan penting dalam pembuatan kapal kayu:
1. Pemilihan Kayu
Kayu yang digunakan harus kuat, tahan air, dan tahan terhadap serangan hama laut. Kayu jati dan kayu ulin menjadi pilihan utama karena daya tahannya yang tinggi.
2. Pemotongan dan Perakitan Rangka
Setelah kayu dipilih, kayu akan dipotong sesuai ukuran menggunakan alat tradisional. Rangka utama kapal (keel) dibuat terlebih dahulu sebagai dasar dari keseluruhan struktur.
3. Penyambungan Papan
Metode penyambungan kapal di Sumatra umumnya menggunakan sistem pasak kayu yang lebih tahan lama dibandingkan penggunaan paku besi.
4. Pengukiran dan Sentuhan Estetika
Beberapa daerah seperti Palembang dan Minangkabau memiliki tradisi mengukir lambung kapal dengan motif khas daerah.
5. Finishing dan Peluncuran Kapal
Setelah selesai, kapal akan diuji di air sebelum digunakan. Beberapa pengrajin masih melakukan ritual adat sebelum kapal diluncurkan ke laut.
Lokasi Pembuatan Kapal Tradisional di Sumatra
Berikut adalah beberapa lokasi utama di Sumatra yang masih memproduksi kapal tradisional hingga saat ini:
1. Air Haji, Sumatera Barat

Daerah ini terkenal dengan pembuatan kapal bagan yang digunakan oleh nelayan lokal. Masyarakat setempat mengandalkan keahlian tradisional dalam merakit kapal tanpa desain tertulis.
Ciri khas kapal dari Air Haji:
✅ Ukuran besar untuk perikanan tangkap.
✅ Menggunakan kayu kuat seperti meranti dan ulin.
✅ Proses pengerjaan dilakukan secara gotong royong.
2. Palembang, Sumatera Selatan

Palembang terkenal dengan perahu bidar, kapal tradisional yang awalnya digunakan untuk perlombaan dan transportasi di Sungai Musi.
Keunikan kapal dari Palembang:
✅ Desain panjang dan ramping untuk kecepatan tinggi.
✅ Masih digunakan dalam Festival Bidar setiap tahun.
✅ Memiliki ornamen khas budaya Melayu Palembang.
3. Riau: Kapal Lancang Kuning

Di daerah Riau, pembuatan kapal tradisional masih bertahan dengan kapal Lancang Kuning yang memiliki sejarah panjang dalam perdagangan laut.
Karakteristik Kapal Lancang Kuning:
✅ Memiliki layar khas dengan warna kuning mencolok.
✅ Digunakan oleh pedagang Melayu di Selat Malaka.
✅ Dijadikan simbol budaya di Riau.
4. Tapanuli, Sumatera Utara

Di daerah pesisir Tapanuli, pembuatan kapal tradisional masih dilakukan oleh masyarakat Batak. Kapal yang dibuat umumnya digunakan untuk transportasi dan perikanan di perairan Danau Toba dan Samudra Hindia.
Keunggulan kapal dari Tapanuli:
✅ Dibuat dari kayu keras yang tahan lama.
✅ Desain sederhana tapi kuat menghadapi gelombang laut.
✅ Masih diproduksi secara manual dengan teknik tradisional.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Meskipun pembuatan kapal tradisional masih bertahan, ada beberapa tantangan yang dihadapi:
- Berkurangnya jumlah pengrajin – Generasi muda cenderung beralih ke pekerjaan lain yang lebih modern.
- Persaingan dengan kapal berbahan fiber – Kapal fiberglass lebih murah dan lebih cepat diproduksi.
- Sulitnya mendapatkan bahan baku – Kayu berkualitas tinggi semakin langka.
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa upaya pelestarian dilakukan, seperti:
✅ Pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda melalui komunitas maritim.
✅ Festival budaya maritim untuk memperkenalkan kapal tradisional kepada masyarakat luas.
✅ Kolaborasi dengan industri pariwisata untuk menjadikan kapal tradisional sebagai daya tarik wisata.
Kesimpulan
Pembuatan kapal tradisional di Sumatra bukan hanya sekadar proses teknis, tetapi juga bagian dari warisan budaya maritim Indonesia. Meskipun menghadapi tantangan, masih banyak daerah seperti Air Haji, Palembang, Riau, dan Tapanuli yang mempertahankan keahlian ini.
Dukungan dari pemerintah, komunitas, dan masyarakat sangat diperlukan agar tradisi ini tetap lestari. Dengan memahami dan menghargai kapal tradisional, kita turut menjaga identitas maritim Nusantara agar tetap hidup di era modern.
Last modified: March 7, 2025